Pidato Steve Jobs di Stanford University (Bahasa Indonesia)

Banyak pelajaran dari pria di samping ini.  Steven Paul Jobs, lahir pada 24 Februari 1955 di San Fransisco, California biasa dipanggi ‘ Steve Jobs’. Ia adalah seorang penemu, tokoh bisnis, dan mentor dalam beberapa pidatonya. Seorang pendamping, ketua CEO Apple Inc (walaupun akhirnya jadi mantan). Seorang yang berhasil tapi juga dapat dikatakan sebagai gagal pun sudah menjadi ‘kesehariannya’ .Seseorang yang tak kenal putus asa, pintar melihat peluang, berani mengambil keputusan dan visioner terhadap kematian. Pada 5 Oktober 2011 Apple telah mengumumkan bahwa Steve telah tutup usia.

Suatu ketika Steve pernah mengisi pidato di acara wisuda Stanford University. Tak pelak banyak ilmu yang dapat kita cerna dari pengalaman hidupnya, susah senang, banyak gagal dan lebih banyak juga berhasilnya. Berikut pidatonya 🙂

–Pidato Steve Jobs di Stanford University–

Saya merasa bangga di tengah-tengah Anda sekarang, yang akan segera lulus dari salah

satu universitas terbaik di dunia. Saya tidak pernah selesai kuliah. Sejujurnya,

baru saat inilah saya merasakan suasana wisuda. Hari ini saya akan menyampaikan tiga

cerita pengalaman hidup saya. Ya, tidak perlu banyak. Cukup tiga.

Cerita Pertama: Menghubungkan Titik-Titik

Saya drop out (DO) dari Reed College setelah semester pertama, namun saya tetap

berkutat di situ sampai 18 bulan kemudian, sebelum betul-betul putus kuliah. Mengapa

saya DO? Kisahnya dimulai sebelum saya lahir. Ibu kandung saya adalah mahasiswi

belia yang hamil karena “kecelakaan” dan memberikan saya kepada seseorang untuk

diadopsi.

Dia bertekad bahwa saya harus diadopsi oleh keluarga sarjana, maka saya pun

diperjanjikan untuk dipungut anak semenjak lahir oleh seorang pengacara dan

istrinya. Sialnya, begitu saya lahir, tiba-tiba mereka berubah pikiran bayi

perempuan karena ingin. Maka orang tua saya sekarang, yang ada di daftar urut

berikutnya, mendapatkan telepon larut malam dari seseorang: “kami punya bayi

laki-laki yang batal dipungut; apakah Anda berminat? Mereka menjawab:

“Tentu saja.” Ibu kandung saya lalu mengetahui bahwa ibu angkat saya tidak pernah

lulus kuliah dan ayah angkat saya bahkan tidak tamat SMA. Dia menolak menandatangani

perjanjian adopsi. Sikapnya baru melunak beberapa bulan kemudian, setelah orang tua

saya berjanji akan menyekolahkan saya sampai perguruan tinggi.

Dan, 17 tahun kemudian saya betul-betul kuliah. Namun, dengan naifnya saya memilih

universitas yang hampir sama mahalnya dengan Stanford, sehingga seluruh tabungan

orang tua saya- yang hanya pegawai rendahan-habis untuk biaya kuliah. Setelah enam

bulan, saya tidak melihat manfaatnya. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan

dalam hidup saya dan bagaimana kuliah akan membantu saya menemukannya. Saya sudah

menghabiskan seluruh tabungan yang dikumpulkan orang tua saya seumur hidup mereka.

Maka, saya pun memutuskan berhenti kuliah, yakin bahwa itu yang terbaik. Saat itu

rasanya menakutkan, namun sekarang saya menganggapnya sebagai keputusan terbaik yang

pernah saya ambil.

Begitu DO, saya langsung berhenti mengambil kelas wajib yang tidak saya minati dan

mulai mengikuti perkuliahan yang saya sukai. Masa-masa itu tidak selalu menyenangka

n. Saya tidak punya kamar kos sehingga nebeng tidur di lantai kamar teman-teman

saya. Saya mengembalikan botol Coca-Cola agar dapat pengembalian 5 sen untuk membeli

makanan. Saya berjalan 7 mil melintasi kota setiap Minggu malam untuk mendapat

makanan enak di biara Hare Krishna. Saya menikmatinya. Dan banyak yang saya temui

saat itu karena mengikuti rasa ingin tahu dan intuisi, ternyata kemudian sangat

berharga. Saya beri Anda satu contoh:

Reed College mungkin waktu itu adalah yang terbaik di AS dalam hal kaligrafi. Di

seluruh penjuru kampus, setiap poster, label, dan petunjuk ditulis tangan dengan

sangat indahnya. Karena sudah DO, saya tidak harus mengikuti perkuliahan normal.

Saya memutuskan mengikuti kelas kaligrafi guna mempelajarinya. Saya belajar

jenis-jenis huruf serif dan san serif, membuat variasi spasi antar kombinasi kata

dan kiat membuat tipografi yang hebat. Semua itu merupakan kombinasi cita rasa

keindahan, sejarah dan seni yang tidak dapat ditangkap melalui sains. Sangat

menakjubkan.

Saat itu sama sekali tidak terlihat manfaat kaligrafi bagi kehidupan saya. Namun

sepuluh tahun kemudian, ketika kami mendisain komputer Macintosh yang pertama, ilmu

itu sangat bermanfaat. Mac adalah komputer pertama yang bertipografi cantik.

Seandainya saya tidak DO dan mengambil kelas kaligrafi, Mac tidak akan memiliki

sedemikian banyak huruf yang beragam bentuk dan proporsinya. Dan karena Windows

menjiplak Mac, maka tidak ada PC yang seperti itu. Andaikata saya tidak DO, saya

tidak berkesempatan mengambil kelas kaligrafi, dan PC tidak memiliki tipografi yang

indah. Tentu saja, tidak mungkin merangkai cerita seperti itu sewaktu saya masih

kuliah. Namun, sepuluh tahun kemudian segala sesuatunya menjadi gamblang. Sekali

lagi, Anda tidak akan dapat merangkai titik

dengan melihat ke depan; Anda hanya bisa melakukannya dengan merenung ke belakang.

Jadi, Anda harus percaya

bahwa titik-titik Anda bagaimana pun akan terangkai di masa mendatang. Anda harus

percaya dengan intuisi,

takdir, jalan hidup, karma Anda, atau istilah apa pun lainnya. Pendekatan ini

efektif dan membuat banyak

perbedaan dalam kehidupan saya.

Cerita Kedua Saya: Cinta dan Kehilangan.

Saya beruntung karena tahu apa yang saya sukai sejak masih muda. Woz dan saya

mengawali Apple di garasi orang tua saya ketika saya berumur 20 tahun. Kami bekerja

keras dan dalam 10 tahun Apple berkembang dari hanya kami berdua menjadi perusahaan

2 milyar dolar dengan 4000 karyawan. Kami baru meluncurkan produk terbaik

kami-Macintosh- satu tahun sebelumnya, dan saya baru menginjak usia 30. Dan saya

dipecat.

Bagaimana mungkin Anda dipecat oleh perusahaan yang Anda dirikan? Yah, itulah yang

terjadi. Seiring pertumbuhan Apple, kami merekrut orang yang saya pikir sangat

berkompeten untuk menjalankan perusahaan bersama saya. Dalam satu tahun

pertama,semua berjalan lancar. Namun, kemudian muncul perbedaan dalam visi kami

mengenai masa depan dan kami sulit disatukan. Komisaris ternyata berpihak padanya.

Demikianlah, di usia 30 saya tertendang.

Beritanya ada di mana-mana. Apa yang menjadi fokus sepanjang masa dewasa saya,

tiba-tiba sirna. Sungguh menyakitkan. Dalam beberapa bulan kemudian, saya tidak tahu

apa yang harus saya lakukan. Saya merasa telah mengecewakan banyak wirausahawan

generasi sebelumnya -saya gagal mengambil kesempatan. Saya bertemu dengan David

Packard dan Bob Noyce dan meminta maaf atas keterpurukan saya. Saya menjadi tokoh

publik yang gagal, dan bahkan berpikir untuk lari dari Silicon Valley. Namun,

sedikit demi sedikit semangat timbul kembali- saya masih menyukai pekerjaan saya.

Apa yang terjadi di Apple sedikit pun tidak mengubah saya. Saya telah ditolak, namun

saya tetap cinta. Maka, saya putuskan untuk mulai lagi dari awal. Waktu itu saya

tidak melihatnya, namun belakangan baru saya sadari bahwa dipecat dari Apple adalah

kejadian terbaik yang menimpa saya. Beban berat sebagai orang sukses tergantikan

oleh keleluasaan sebagai pemula, segala sesuatunya lebih tidak jelas.

Hal itu

mengantarkan saya pada periode paling kreatif dalam hidup saya.

Dalam lima tahun berikutnya, saya mendirikan perusahaan bernama NeXT, lalu Pixar,

dan jatuh cinta dengan wanita istimewa yang kemudian menjadi istri saya. Pixar

bertumbuh menjadi perusahaan yang menciptakan film animasi komputer pertama, Toy

Story, dan sekarang merupakan studio animasi paling sukses di dunia. Melalui

rangkaian peristiwa yang menakjubkan, Apple membeli NeXT, dan saya kembali lagi ke

Apple, dan teknologi yang kami kembangkan di NeXT menjadi jantung bagi kebangkitan

kembali Apple. Dan, Laurene dan saya memiliki keluarga yang luar biasa. Saya yakin

takdir di atas tidak terjadi bila saya tidak dipecat dari Apple. Obatnya memang

pahit, namun sebagai pasien saya memerlukannya. Kadangkala kehidupan menimpakan batu

ke kepala Anda. Jangan kehilangan kepercayaan. Saya yakin bahwa satu-satunya yang

membuat saya terus berusaha adalah karena saya menyukai apa yang saya lakukan. Anda

harus menemukan apa yang Anda sukai. Itu berlaku baik untuk pekerjaan

maupun pasangan hidup Anda. Pekerjaan Anda akan menghabiskan sebagian besar hidup

Anda, dan kepuasan sejati hanya dapat diraih dengan mengerjakan sesuatu yang hebat.

Dan Anda hanya bisa hebat bila mengerjakan apa yang Anda sukai. Bila Anda belum

menemukannya, teruslah mencari. Jangan menyerah. Hati Anda akan mengatakan bila

Anda telah menemukannya. Sebagaimana halnya dengan hubungan hebat lainnya, semakin

lama-semakin mesra Anda dengannya. Jadi, teruslah mencari sampai ketemu. Jangan

berhenti.

Cerita Ketiga Saya: Kematian

Ketika saya berumur 17, saya membaca ungkapan yang kurang lebih berbunyi: “Bila kamu

menjalani hidup seolah-olah hari itu adalah hari terakhirmu, maka suatu hari kamu

akan benar.” Ungkapan itu membekas dalam diri saya, dan semenjak saat itu, selama 33

tahun terakhir, saya selalu melihat ke cermin setiap pagi dan bertanya kepada diri

sendiri: “Bila ini adalah hari terakhir saya, apakah saya tetap melakukan apa yang

akan saya lakukan hari ini?” Bila jawabannya selalu “tidak” dalam beberapa hari

berturut-turut, saya tahu saya harus berubah. Mengingat bahwa saya akan segera mati

adalah kiat penting yang saya temukan untuk membantu membuat keputusan besar. Karena

hampir segala sesuatu-semua harapan eksternal, kebanggaan, takut malu atau

gagal-tidak lagi bermanfaat saat menghadapi kematian. Hanya yang hakiki yang tetap

ada. Mengingat kematian adalah cara terbaik yang saya tahu untuk menghindari jebakan

berpikir bahwa Anda akan kehilangan sesuatu.

Anda tidak memiliki apa-apa. Sama sekali tidak ada alasan untuk tidak mengikuti

kata hati Anda.

Sekitar setahun yang lalu saya didiagnosis mengidap kanker. Saya menjalani scan

pukul 7:30 pagi dan hasilnya jelas menunjukkan saya memiliki tumor pankreas. Saya

bahkan tidak tahu apa itu pankreas. Para dokter mengatakan kepada saya bahwa hampir

pasti jenisnya adalah yang tidak dapat diobati. Harapan hidup saya tidak lebih dari

3-6 bulan. Dokter menyarankan saya pulang ke rumah dan membereskan segala

sesuatunya, yang merupakan sinyal dokter agar saya bersiap mati. Artinya, Anda harus

menyampaikan kepada anak Anda dalam beberapa menit segala hal yang Anda rencanakan

dalam sepuluh tahun mendatang. Artinya, memastikan bahwa segalanya diatur agar mudah

bagi keluarga Anda. Artinya, Anda harus mengucapkan selamat tinggal. Sepanjang hari

itu saya menjalani hidup berdasarkan diagnosis tersebut. Malam harinya, mereka

memasukkan endoskopi ke tenggorokan, lalu ke perut dan lambung, memasukkan jarum ke

pankreas saya dan mengambil beberapa sel tumor. Saya dibius,

namun istri saya, yang ada di sana, mengatakan bahwa ketika melihat selnya di bawah

mikroskop, para dokter menangis mengetahui bahwa jenisnya adalah kanker pankreas

yang sangat jarang, namun bisa diatasi dengan operasi. Saya dioperasi dan sehat

sampai sekarang. Itu adalah rekor terdekat saya dengan kematian dan berharap terus

begitu hingga beberapa dekade lagi.

Setelah melalui pengalaman tersebut, sekarang saya bisa katakan dengan yakin kepada

Anda bahwa menurut konsep pikiran, kematian adalah hal yang berguna:Tidak ada orang

yang ingin mati. Bahkan orang yang ingin masuk surga pun tidak ingin mati dulu untuk

mencapainya. Namun, kematian pasti menghampiri kita. Tidak ada yang bisa mengelak.

Dan, memang harus demikian, karena kematian adalah buah terbaik dari kehidupan.

Kematian membuat hidup berputar. Dengannya maka yang tua menyingkir untuk digantikan

yang muda. Maaf bila terlalu dramatis menyampaikannya, namun memang begitu.

Waktu Anda terbatas, jadi jangan sia-siakan dengan menjalani hidup orang lain.

Jangan terperangkap dengan dogma-yaitu hidup bersandar pada hasil pemikiran orang

lain. Jangan biarkan omongan orang menulikan Anda sehingga tidak mendengar kata hati

Anda. Dan yang terpenting, miliki keberanian untuk mengikuti kata hati dan intuisi

Anda, maka Anda pun akan sampai pada apa yang Anda inginkan. Semua hal lainnya hanya

nomor dua.

Ketika saya masih muda, ada satu penerbitan hebat yang bernama “The Whole Earth

Catalog“, yang menjadi salah satu buku pintar generasi saya. Buku itu diciptakan

oleh seorang bernama Stewart Brand yang tinggal tidak jauh dari sini di Menlo Park,

dan dia membuatnya sedemikian menarik dengan sentuhan puitisnya. Waktu itu akhir

1960-an, sebelum era komputer dan desktop publishing, jadi semuanya dibuat dengan

mesin tik, gunting, dan kamera polaroid. Mungkin seperti Google dalam bentuk kertas,

35 tahun sebelum kelahiran Google: isinya padat dengan tips-tips ideal dan

ungkapan-ungkapan hebat. Stewart dan timnya sempat menerbitkan beberapa edisi “The

Whole Earth Catalog”, dan ketika mencapai titik ajalnya, mereka membuat edisi

terakhir. Saat itu pertengahan 1970-an dan saya masih seusia Anda. Di sampul

belakang edisi terakhir itu ada satu foto jalan pedesaan di pagi hari, jenis yang

mungkin Anda lalui jika suka bertualang. Di bawahnya ada kata-kata:

“Stay Hungry. Stay Foolish.” (Jangan Pernah Puas. SelaluMerasa Bodoh). Itulah pesan

perpisahan yang dibubuhi tanda tangan mereka. Stay Hungry. Stay Foolish. Saya

selalu mengharapkan diri saya begitu. Dan sekarang, karena Anda akan lulus untuk

memulai kehidupan baru, saya harapkan Anda juga begitu. Stay Hungry. Stay Foolish.

sumber :

klak

klik

2 Trackbacks to “Pidato Steve Jobs di Stanford University (Bahasa Indonesia)”

Leave a comment